Pilkada Serentak Mengancam Kelestarian Hutan
Pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak yang akan berlangsung pada Desember 2015 dikhawatirkan akan memunculkan deforestasi yang serentak pula. Ini disampaikan oleh Emerson Yunto dari Indonesia Corruption Watch (ICW) pada Seminar Nasional “Hutan dan Lahan Kita: Bersama Mencari Harapan” di Jakarta, 10 Juni 2015.
Emerson menyampaikan bahwa sumber daya alam sering menjadi sumber praktek korupsi. Ketika ada pilkada, ijin membuka kebun dan hutan meningkat secara tajam. Hasil penelitian ICW menyebutkan bahwa kerugian negara akibat pembukaan kawasan hutan di 10 wilayah mencapai 273 Triliun.
“Di daerah yang kaya sumber daya alam memang sering tidak ada korupsinya. Karena yang pemimpin daerah lakukan cukup mengeluarkan ijin saja dia sudah dapat uang”, kata Emerson.
Pelaksana Tugas Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Johan Budi, menjelaskan bahwa pengelolaan sumber daya alam di Indonesia sangat kompleks. Salah satu pangkalnya adalah masih tumpang tindihnya peraturan terkait pengelolaan sumber daya alam.
Johan menambahkan bahwa perijinan merupakan komoditas yang paling mudah diperjualbelikan oleh pejabat di daerah. “Sudah ada perselingkungan eksekutif dan legislatif. Banyak perda dibuat yang ujung-ujungnya untuk kepentinga pengusaha”, jelas Johan.
Sementara itu, Maryati Abdullah dari Publish What You Pay Indonesia memaparkan bahwa akibat tumpang tindih kebijakan pusat dan daerah, di sektor pertambangan misalnya, telah menyebabkan negara berpotensi kehilangan penerimaan sebesar Rp. 1,5 Triliun. Tumpang tindih perijinan sering terjadi misalnya di perizinan perizinan antara tambang dengan sawit, tambang di area hutan, tambang di area konservasi dan hutan lindung.
Maryati mengajak masyarakat sipil untuk mengawal bersama-sama Undang-Undang Pemerintah Daerah. Apalagi dalam UU Pemerintah Daerah yang baru telah memindahkan kewenangan yang awalnya ada di tingkat kabupaten/kota ke tingkat propinsi. Bahkan hingga hari masih belum ada juklak dan juknis dari UU tersebut.
Seminar Nasional “Hutan dan Lahan Kita: Bersama Mencari Harapan” ini diselenggarakan oleh Epistema Institute, ICW, ICEL, Auriga, Seknas Fitra, PWPY, FWI, Sawit Watch dan Green Radio. [ ]