Teratak adalah salah satu model pengelolaan sumber daya alam berbasis adat yang diyakini oleh ornop lingkungan dan masyarakat adat lokal serta komunitas adat Limbai berwatak lestari dan berkelanjutan. Sementara itu konsep LCE (Low Carbon Economy), berpandangan bahwa prinsip hijau dan berkelanjutan harus segera dimasukkan dalam model-model produksi nasional, regional dan komunitas, sehingga baik LCE maupun teratak sama-sama mengklaim bahwa mereka berwatak hijau dan berkelanjutan. Dalam konteks ini muncul pertanyaan apakah model pengelolaan sumber daya alam berbasis teratak ini memiliki kesamaan dengan konsep LCE dalam hal cara pandang tentang konsep hijau dan berkelanjutan? Atau malah sebaliknya, baik teratak maupun LCE tidak memiliki cara pandang yang sama dalam memaknai hijau dan berkelanjutan? Dan jika pertanyaan kedua ini yang terjadi maka bagaimana sesungguhnya bayangan tentang hijau, berkelanjutan, dan kesejahteraan hidup yang dibayangkan oleh komunitas tersebut?
Penulis: Sentot Setyasiswanto dan Cicilia Kartika
Kategori: Working Paper
Saran pengutipan:
Setyasiswanto, Sentot, Cicilia Kartika, 2012. Maksud yang berbeda: Studi konsep dan praktik “berkelanjutan” komunitas bunyau, Melawi Kalimantan Barat vs low carbon economy, Kertas Kerja Epistema No.09/2012, Jakarta: Epistema Institute.
Download: silakan klik di sini