Menanam Padi Merawat Tradisi: Pertanian dan Peran Perempuan di Bayunggede

“Menjual padi sama dengan melarat”, begitulah kata Rai Astrawan, seorang arsiparis dari Bali dalam diskusi bertajuk “Benih dan Perempuan dalam Siklus Tradisi Bayunggede” di Epistema Berkembur Kamis (25/4) via daring. Menurut Astrawan anggapan ini yang tertanam dalam benak orang-orang Bayunggede. 

Bayunggede sendiri merupakan salah satu desa tertua dan disebut sebagai Desa Bali Mula atau Bali Aga. Desa ini sudah eksis pada era Majapahit dan kini wilayahnya masuk dalam Kecamatan Kintamani, Bangli. 

Sebagai desa tertua, Bayunggede masih menjalankan ritus budayanya tak terkecuali pada bidang pertanian. Astrawan pun tertarik mempelajari Bayunggede karena “pola pertanian padi gaga yang masih dipraktikan di sana”, ujar Astrawan. 

Menurut Astrawan kebiasaan masyarakat Bayunggede dalam mengelola pertanian masih terjaga sampai saat ini. Faktor ini didukung dengan dijalankannya adat istiadat setempat yang mengatur soal kepemilikan tanah dan jenis benih yang ditanam.

Dalam tuturan Astrawan sistem kepemilikan tanah masyarakat Bayunggede dibagi pada dua istilah yaitu Karang Tanah dan Ayahan Desa. Karang Tanah yang merupakan area pemukiman dipakai masyarakat dengan membangun rumah yang di dalamnya ada dapur, bale tidur, lumbung juga lahan garapan empat petak. 

Sedang, Ayahan Desa adalah lahan garapan yang dimiliki dan diolah secara komunal untuk kepentingan desa. “Termasuk untuk memenuhi kebutuhan padi gaga saat upacara adat,” tambah Astrawan.

Dengan sistem pertanian padi tadah hujan, masyarakat Bayunggede tetap mempertahankan jenis padi gaga lokalnya. Menurut Astrawan, cara ini dilakukan agar keperluan padi gaga untuk syarat upacara adat terjaga.

Bahkan, dalam petakan tersebut para petani turut menanami lahannya dengan jenis tanaman lain secara bertingkat. “Sistem ini lebih tua dari subak dan disebut dengan istilah bangunan yang ditanami padi, ketan, wijen dan godam (sejenis rerumputan) untuk pakan burung secara bersamaan,” tambah Astrawan.

Peran perempuan dalam siklus pertanian di Bayunggede juga dicatat oleh Astrawan. Dirinya melihat bahwa perempuan sebagai penggerak utama tradisi di Bayunggede. Contohnya pada upacara miik kebinih yang dilakukan di Pura Puseh Pingit. “Hanya mereka (perempuan) yang berhak menjalankan upacara tersebut,” tambah Astrawan.

Selain itu, pada prosesi ngaben ada satu momen penting yang juga menampilkan peran perempuan. Salah satunya yang dilakukan di dapur, “di mana para de’e bunga (gadis) yang membantu persiapan upakara (sesaji) di dalam dapur, dan de’e tuna (laki-laki) hanya boleh mengurus upakara di luar dapur,” kata Astrawan.

Tantangan Kelestarian Pertanian Bayunggede 

Menurut Astrawan, kini tantangan dalam perubahan pertanian di Bayunggede terbagi dalam tiga yaitu perubahan pola tanam, perubahan mata pencaharian dan hambatan transfer pengetahuan.

Pada perubahan pola tanam yang terjadi di Bayunggede, Menurut Astrawan selalu berubah dan mempengaruhi penanaman padi. Pada era kolonial Bayunggede ditanami kopi, ketika 1980an yang ditamani adalah jeruk. 

Sampai saat ini masyarakat Bayunggede bergantung besar pada pertanian jeruk. dan sekarang ini ditanami sayur. “Jadi semakin hari, semakin sedikit yang menanam padi,” tambah Astrawan. 

Soal perubahan mata pencaharian, saat ini masyarakat Bayunggede notabene bekerja sebagai petani, wiraswasta, dan pegawai. Menurut Astrawan saat ini terjadi gap pekerjaan petani dengan pegawai yang dalam konteks Bali adalah pariwisata. “Kita tidak bisa menolak itu,” kata Astrawan.

Perihal transfer pengetahuan, masyarakat Bayunggede itu berbasis lisan. Namun, hal ini terancam karena transfer lisan kini mulai mengalami perubahan. 

Menurut Astrawan, generasi terbaru pasca pandemi kini lebih dekat dengan yang terjadi di luar desanya. Hal ini malah menjadi kendala karena generasi mudanya berjarak dengan orang tua. “Alhasil, transfer pengetahuan yang semuanya berbasis lisan sewaktu-waktu bisa hilang karena tidak berjalan,” tandas Astrawan.

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=4Am_leu0Rkw[/embedyt]